Kepercayaan Part 6 – Lisma Mahrisa

Siapa dia?
Author Pov
“Siapa dia?” Tama bertanya pada Ayla
“Ardi”
“Aku tidak bertanya tentang namanya, aku tanya siapa dia Ayla!?” Tama bertanya dengan penuh penekanan.
“Tama, kamu kenapa sih!? Aku sekretaris kamu bukan berarti kamu harus selalu ngurus hidupku juga, setiap hari selalu marah setiap ada cowok dekat denganku, dan aku gak tau salahnya dimana?” Ayla mula terpancing emosi dengan sikap Tama yang akhir akhir ini di nilai Ayla over
“Ayla, aku hanya bertanya dia siapa? Aku hanya ingin tau” Tama menjelaskan dengan nada rendah.
“Dan jika aku jawab dia bukan siapa siapa, pasti ujung ujungnya kamu marah dan menuntut penjelasan lebih. Ingat Tama di luar hubungan kerja sekretaris dan atasan, kita tidak punya hubungan apapun. Kita bukan siapa siapa, dan mungkin tidak akan pernah menjadi apapun.”
Tama merasa tertampar dengan kenyataan bahwa mereka tidak ada ikatan. Ya Ayla benar, dia siapanya Ayla hingga mengekang Ayla dengan berlebihan.
“Dan Tama, jika kamu sebegitu ingin tahunya siapa Ardi? Dia Mantan aku”
Ayla mengambil tasnya meninggalkan restoran itu. Menyetop taksi dan menaikinya. Kembali ke kantor dan bekerja. Ayla berpikir bagaimana pun keadaannya ia harus se-profesional mungkin.
Di restoran tadi, Tama masih duduk termenung tidak berniat mengejar Ayla, dia juga butuh menenangkan pikiranya. Menyadarkan dirinya akan kenyataan ini.
Ardi mantan Ayla. Pernah mengisi harinya, mungkin saja kembali mengisi harinya lagi. Arghh Tama menggertakkan giginya mengingat, kemungkinan itu bisa saja terjadi. Jika itu terjadi, bagaimana nasib dirinya?
***
Di lain tempat, Ayla menangis, dia lelah dengan semua ini. Ia sebenarnya sudah pasrah dengan akhir hubungan yang bahkan dia sendiri pun tidak tau jelas hubungan ini. Tapi di sisi lain, ia tak memungkiri jika iya berharap Tama dapat melihatnya. Bukan Ayla si sekretarisnya, tapi sebagai wanita yang sangat mencintainya.
Drttt Drtt..
Ponsel di sampingnya bergetar. Ayla melihat siapa yang mengirim pesan.
“Besok jadikan?”
_Ardi
Sebuah pesan singkat dari seseorang yang pernah mengisi hatinya dulu.
Mungkin ada baiknya jika ia mengalihkan perhatiannya dulu dengan menerima ajakan ini. Lagi pula tadi dia sudah berjanji.
“Iya. Sampai jumpa besok”
_Ayla
***
Untung hari ini hari libur, dia bisa istirahat sepuasnya setelah seharian keluar. Di tambah pikiran yang membebaninya dengan permintaan Ardi tadi siang.
Flashback
“Ayla, aku tak ingin berbasa basi lagi. Aku yakin kamu tau, apa yang ingin aku sampaikan. Aku masih mencintaimu, masih sangat menyayangimu Ayla. Kembalilah padaku”
“Tapi semuanya sudah berbeda Ardi, kau dan aku sudah sangat berbeda.”
“Kita pernah menjalani sebelumnya, dan aku yakin, kita bisa. Bahkan aku sudah siap membawanya ke jenjang yang lebih serius. Aku tidak main main dengan ucapan ku Ayla. Aku serius. Jadi ku mohon, pikirkanlah. Aku sangat berharap kau menerimanya”
Bahkan dia masih bingung dengan hatinya. Bagaimana iya menerimanya. Disisi lain ia mencintai Tama. Tapi ia tidak memungkiri, rindu itu ada untuk Ardi, kekasihnya dulu.
***
Tama Pov
Salahkan siapa yang membuatku uring uringan saat ini. Ayla. Membayangkan dia yang kini berduaan dengan lelaki sialan itu membuat darahku mendidih.
“Melamun adalah hobby baru mu yah?” Ada apa lagi dia kesini!
“Hm” si sepupu sialan itu tertawa terbahak entah apa yang lucu denganku.
“Tumben kau ada di rumah. Biasanya jalan dengan si sekretaris mu itu… Oh ok.. gue paham. Pasti karena si sekretaris mu itu?” Kemudian dia terbahak lagi. Dasar aneh!
“Dia punya nama. Namanya Ayla”
“Oke baiklah.. Ayla. Yaudah sih kalo emang lo cinta kenapa mesti di permasalahin sih. Jangan bilang lo trauma, karena gue gak mau dengar kata kata itu keluar dari orang seperti lo. Man… lo laki, hal itu biasa. Jangan biarin kejadian dulu terulang. Ya gak papa sih kalo lo rela ngelepasin si Ayla. Mungkin si Ayla lebih bahagia juga nantinya.”
“OH.. DAMN!!! KELUAR!”
Dia keluar ruangan dengan terbahak bahak. Dasar sepupu sialan. Aku tau dia sengaja memanas manasi ku. Tapi jika semua yang katakannya benar bagaimana.
“Lo harus bertindak Tama” teriak batinku.
Dia benar. Aku harus bertindak sekarang.
*To be continued*
Penulis : Lisma Mahrisa